Sunday, August 30, 2009

Kekhasan Golok made in Galonggong

Kampung Galonggong, desa Cilangkap, Kec Manonjaya, Kab Tasikmalaya merupakan kampung yang terkenal sebagai kampung pandai besi. ada 450 pandai besi disana dan sering membuat golok, pisau, kujang, pedang, cangkul serta senjata tajam lainnya. golok buatan kampung ini sudah menyebar ke berbagai daerah di dalam dan luar negeri, seperti Cilacap, Banyumas, Banjarsari, Ciamis, Banjar, Sumedang serta beberapa tempat di luar pulau Jawa. Bahkan, dalm kurun waktu tertentu, hasil kerajinan masyarakat setempat di ekspor ke Australia dan Filipina.
Ada keunikan yang khas dari pembuatan golok Galonggong ini. Menurut beberapa pengrajin, saat ini pengrajin tak menjalankan proses produksi dari awal. pengrajin memilih membeli produk setengah jadi dari para tetangga. terkdang, pengrajin juga menyerahkan bahan baku untuk di proses menjadi setengah jadi. Proses selanjutnya yaitu membuat sarangka(sarung) golok dari kayu julang dari Bengkulu atau Mahoni. selain itu juga, pengrajin juga membuat gagang golok dan inilah yang menjadi kekhasan golok made in galonggong: gagang golok terbuat dari tanduk kerbau. Tanduk itu diukir sedemikian rupa menjadi beraneka bentuk, seperti kepala naga, macan, hingga tokoh-tokoh pewayangan.
untuk harga jual golok galonggong ini relatif murah, misalkan saja golok berukuran 40 cm(berbahan besi biasa) dijual Rp 70.000,-. ada kendala yang dihadapi saat ini oleh hampir semua pengrajin, yaitu masalah bahan baku tanduk kerbau. manurut beberapa pengrajin belakangan ini, pasokan tanduk makin langka. pasalnya mereka harus berebut dengan pengrajin ukiran tanduk di Bali.
kendati demikian, para pengrajin tetap optimis soal pemasaran, sejauh ini permintaan golok made in Galonggong masih bagus. dalam setahun, rata-rata para pengrajin mampu menjual 22.000 golok ke berbagai tempat yang menjadi modal dasar golok Galonggong masih tetap bertahan selain popularitas, menurut pengrajin yang terpenting adalah menjaga kualitas.

Friday, July 17, 2009

Museum Tsunami


Museum Tsunami yang terletak di pusat Kota Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam memiliki konsep pendirian dari mulai desain arsitektur hingga tata ruang yang cukup matang dan unik. salah satu keunikannya adalah sebuah lorong sempit dengan panjang 40 meter dan sering disebut sebabagi Terowongan Rasa Takut (The Tunnel of Fear). lorong ini mempunyai langit-langit yang gelap dan tinggi. kedua sisinya adalah dinding hitam setinggi 38 meter, bergerigi dan terus mengalirkan air. suara air pada dinding yang berasal dari langit-langit dan lampu yang remang, menciptakan suasana yang mencekam. terlebih, lantai lorong itu pun dibuat bergetar. maka, orang akan diliputi rasa takut ketika berjalan sepanjang lorong yang menurun itu. ketinggian langit-langit lorong juga mendatangkan perenungan pada kekuatan yang sifatnya ilahiah. kejadian tsunami yang menakutkan dalam lorong itu seolah hendak dikembalikan menjadi semacam perenungan akan kebesaran Tuhan.
Di ujung Terowongan Rasa Takut terdapat Memorial Hall. Ruangan untuk memperingati para korban tsunami ini demikan luas dengan warna termaram yang dipantulkan dari air kolam. selain itu juga didalam ruangan ini pengunjung akan menemukan sebuah ruangan berbentuk lingkaran. ruangan itu merupakan ruang kontemplasi, dengan dinding yang menjulang dan melingkar membentuk corong setinggi 38 meter. diketinggian, langit-langit membetuk lingkaran bertuliskan asma Allah. bila anda berdiri dan menengadah, terasa benar bagaimana suasana diliputi oleh keheningan yang sifatnya meditatif. lantai ruanagn itu berwarna gelap, dengan sinar lurus yang keluar dari mulut cerobong dan jatuh dipusat ruangan.
Peristiwa Tsunami yang terjadi Desember 2004 dan menelan korban lebih dari 250 ribu jiwa itu sungguh sangat mengerikan, tetapi itu tidaklah membuat masyarakat Aceh terpuruk dan putus asa. Inilah yang selalu hadir dalam setiap bagian museum, harapan harus kembali dibangun dengan keyakinan pada Tuhan, seperti yang terasa di Ruang Cerobong dan Terowongan Rasa Takut, juga harapan yang dibangun bersama semangat kemanusiaan seluruh bangsa.

Kawah Kamojang

Kawah kamojang, sejakditemukan oleh seorang Belanda,J.B. Van Dijk tahun 1918 sampai saat ini tidak begitu terkenal seperti kawah putih di Ciwidey,kawah gunung Tangkuban Perahu di Lembang dan kawah papandayan di Cisurupan. padahal kawah ini selain dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi juga dijadikan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) yang menawarkan keunikan dan keindahan alamnya. ada keunikan yang dimiliki oleh kawah-kawah yang berada di Kamojang ini diantaranya selain bau belerang yang menusuk hidung dan kepulan asap putih membembung keluar dari lubang-lubang kawah juga didalam masing-masing kawah mengeluarkan berbagai suara khas.
karena kekhasannya itulah, beberapa kawah dinamai berdasarkan suara yang dikeluarkan oleh kawah tersebut. seperti Kwah Manuk, dinamai Kawah Manuk karena dalam satu area kawah yang terdiri atas beberapa lubang mengeluarkan suara seperti burung (Manuk).kawah kereta dinamai demikian karena bunyinya seperti bunyi kereta api yang sesekali disertai suara peluit.
selain itu juga, ada kawah stik gas yangmengeluarkan gas dari lubang tanah. lalu, kawah Leutak yang bentuk kawahnya becek seperti rawa. kawah sekarat karena kawah tersebut berbunyi seperti orang yang mau mati.selain itu juga, ada kwah kamojang, kawah berecek, kawah Hujan, Kwah Beureum dan lainnya.
Para wisatawan yang berkunjung kekawah Kamojang biasanya tertarik pada Kawah Hujan dan Kawah Beureum yang letaknya berdampingan. Kawah Hujan mengeluarkan semburan uap panas bumi dari lubang-lubang tanah seperti jatuhnya air hujan. semburan uap panas bumi dari lubang tanah di kawah Hujan sewaktu-waktu cukup tinggi dan mengeluarkan percikan air seperti hujan yang indah dan menakjubkan. wisatawan sengaja duduk-duduk di bebebatuan sekitar kawah dengan maksud merasakan air dan uap panasnya.
sementara itu, keunikan yang dimilki kawah Beureum yaitu kawah ini dihiasi batu-batu yang semuanya berwarna merah (beureum, sunda).namun, berhati-hatilah ketika kita melewati kawasan ini. sering kali para pengunjung yang sering lupa diri dan kadang-kadang mereka terperosok ketanah yang lembek hingga kulitnya terbakar.